Sianida Masuk Lewat Mulut, Begini Dampaknya

SIANIDA

Ahli Patologi Forensik dari Universitas Queensland, Brisbane, Australia Profesor Dr Beng Beng Ong berujar, Ada 5 kasus kematian karena sianida di dunia. Dua di antaranya akibat mengkonsumsi sianida dengan cara oral atau melalui mulut, seperti yang diduga terjadi pada putri sulung Darmawan Salihin itu.

“Dari 5 kasus, ada dua kasus dimana isi lambung diperiksa dan saya secara singkat akan menerangkan kasus tersebut. Pertama seorang pemilik toko emas ditemukan meninggal dalam toko oleh istrinya. Autopsi dilakukan tiga hari setelah tukang emas meninggal,” kata Ong dalam bahasa Inggris yang diterjemahkan, di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin (5/9/2016).

Hasil autopsi terhadap pemilik toko emas tersebut, ditemukan 17,6 miligram per liter sianida di organ hatinya dan 21,3 miligram per liter dalam organ empedunya.

Sementara, dalam organ lambung korban, ditemukan 1,25 gram atau 1.250 miligram per liter sianida di lambung si tukang emas.

“Dan hasilnya pada hati 17,6 miligram per liter dan empedu 21,3 miligram per liter. Dan isi lambung 1,25 gram per liter atau 1.260 miligram,” ujar Ong.

Kasus lainnya, lanjut Ong, menimpa istri ahli kimia yang berusia 70 tahun. Korban menelan satu sendok bubuk yang diprediksi mengandung racun dan meninggal dunia beberapa menit kemudian.

Saat darah korban diperiksa oleh forensik, terdapat kandungan sianida sebesar 42,5 miligram per liter. Dan saat lambung korban diperiksa, terdapat sianida sebanyak 1.200 miligram atau 1,2 gram per liter.

“Ini adalah ilustrasi ketika bahan kimia dimasukkan lewat mulut, maka kadar sianida yang ditemukan dalam lambung akan sangat tinggi. Dari laporan polisi, barang bukti cairan lambung ternyata negatif. Saya mengacu pada barang bukti Nomor 4 (pipet berisi cairan lambung Mirna), karena cairan lambung diambil tak lama setelah kematian, artinya tidak mengalami banyak perubahan pasca kematian,” terang Ong.

“Perkiraan saya, bahan kimia sianida seharusnya dapat terdeteksi dari analisis toksikologi,” sambung Ahli Patologi Forensik dari Universitas Queensland, Brisbane, Australia Profesor Dr Beng Beng Ong.

Sumber Liputan6.com